Rabu, 22 Oktober 2008

MELUKIS SENJA

Engky Handoko



Senjaku mengalir di sungai getir
Serupa puisi yang sulit unruk di pahami
Duka terbawa ikan ikan ke samudra
Ketika rumput berdzikir di semadi batu batu
Lalu aku kepalkan tangan meninju riaknya
Di situ ada sisa pertaruhan usia

Demi membangun sisa embun yang bertengger di ranting pagi
Simpan harapanmu di bukit bukit, gunung gunung, lembah lembah
Sebab angin tidak menjajikan apapun selain kegetiran
Trotoar, kolong jembata, statsiun, terminal,
Rumah pelacuran bahkan tempat peribadatan

Kubur saja luka itu di pusara cakrawala
Sebab kelam sudah tidak mau menampung jejak penziarah,

Aku mencuri sepi padang rumput
Berharap mengerti pertobatan tanah yang kehilangan ranah
Lalu kulesatkan panah menembus lusuh
Diburu waktu yang kian menderu

Diantara sunyi kau menjelma luka yang kian menganaga

Senjaku mengalir di sungai grtir
Serupa puisi, begitu sulit untuk dimaknai
Berharap duka lari dari ulu hati
Malam menghianati kelamnya
Peluh subuh membangun pertrobatan masa lalu

Kabarkan bahwa aku telah sampai
Walau dengan langkah gontai
Sungguh pahit memaknaimu
Hanya senja ini yang bisa memahami keagunganMu



2007

1 komentar: